Saturday, January 24, 2009

Pertama

Fact, Reality, and Heart

Kenapa judul blog gue Fact, Reality, and Heart? Itu karena setiap hal yang akan gue tulis nanti merupakan kejadian dan perasaan yang nyata dari hidup dan hati gue. Buat gue hal yang paling bisa dilakukan untuk ngungkapin rasa dan asa ya melalui tulisan. Kita bisa ngungkapin semua tanpa harus memperdulikan orang lain, entah orang mau peduli, merespon, memuji, mengumpat, bahkan memaki dengan apa yang akan kita ungkapin. Dan tulisan ini adalah tulisan yang pertama, perdana, dan fresh di blog ini.



Untuk tulisan pertama gue ini, gue pengen ngebahas satu buku yang baru aja selesai gue baca, yaitu Eclipse karangan Stephenie Meyer. Buat orang-orang yang maniak Twilight series pasti tau seri ini. Pertama-tama gue mau bilang bravo buat Stephenie Meyer. Mulai dari baca Twilight, New Moon, sampai Eclipse, emosi gue selalu dipermainkan sama Stephenie. Gue bisa amat sangat jatuh cinta sama satu sosok dan bisa sangat membenci sosok lainnya. Caranya membangun karakter tokoh bener-bener ngebuat gue harus bilang 'Two thumbs up'. Setelah baca Eclipse gue semakin jatuh cinta dengan sosok Edward Cullen, sang vampire nan rupawan itu (huehehe). Ada beberapa dialog yang semakin nunjukin betapa gentleman-nya dia. Contohnya :

#Dialog Bella dan Edward waktu Edward ngungkapin perasaannya kenapa dia pengen nikahin Bella.
" Begini Bella, sejak dulu aku sudah menjadi laki-laki itu. Dalam duniaku, aku sudah dewasa. Aku tidak mencari cinta-tidak, saat itu aku terlalu bersemangat menjadi prajurit hingga tidak peduli pada cinta; aku tidak memikirkan hal lain selain betapa mulianya terjun ke medan perang seperti yang selalu mereka dengung-dengungkan terhadap para calon tentara yang mendaftar-tapi seandainya aku menemukan..." Edward terdiam sejenak, menelengkan kepala ke satu sisi. "Aku tadi hendak mengatakan seandainya aku menemukan seseorang, tapi itu tidak tepat. Seandainya aku menemukanmu, tidak ada keraguan dalam pikiranku bagaimana aku memulainya. Aku laki-laki itu, yang-begitu mengetahui kaulah orang yang kucari-akan langsung berlutut melamarmu. Aku pasti menginginkanmu untuk selama-lamanya, bahkan saat kata itu tidak memiliki arti yang sama."



Hmm gimana cewek enggak langsung kleper-kleper kalau ada yang ngomong kayak gini. Waktu gue sampai halaman-halaman akhir buku ini, emosi gue semakin naik. Apalagi waktu Bella akhirnya mengakui kalau dia juga mencintai Jacob dan mereka ciuman. What the *tiiiiiiiitt*?!?! Kebayang enggak gimana rasanya jadi Edward. Sakit hatinya. Tapi ternyata dia enggak marah sama sekali, bahkan dia bilang dia sangat mengerti kenapa Bella begitu. Menurutnya, semua itu karna kesalahannya yang pernah ninggalin Bella. Dan saat-saat hati Bella kosong dan rapuh datanglah Jacob Black, sang werewolf, yang menghibur serta mengisi kekosongan itu. Ya gue juga enggak bisa nyalahin Bella. Gue juga perempuan, ngerti banget gimana rasanya ditinggalin seseorang yang sangat kita sayang. Sakit, sedih, enggak tau harus ngapain, yaa layaknya kucing kampung yang ngeong-ngeong memelas sewaktu minta makanan sama kita hmm. Yahh itulah Edward, kalau buat gue dia itu lelaki impian (hhahahaha). Bahkan dia rela Jacob ngasih apa aja ke Bella yang Edward enggak bisa ngasih ke Bella. That is so sweet.

Gue cuma bisa bilang salut buat Stephenie Meyer!

No comments:

Post a Comment